Saturday, February 25, 2006

Uang Gajiku habis diminta Istriku!!

Damai sejahtera dalam Tuhan kita Yesus Kristus
Romo Teja, saya sedang dihadapkan pada masalah. Saya seorang suami yang baru saja tiga tahun menikah. Kami dulunya sama-sama bekerja di salah satu perusahan swasta. Tapi sejak awal mula pernikahan kami, telah ada kesepakatan di antara kami bahwa saya yang bekerja sedang sang istri mengurus rumah tangga.
Tetapi di tengah perjalanan pernikahan, setelah kami mempunyai seorang anak entah pikiran apa yang merasuki istri saya. Setiap akhir bulan ia selalu meminta semua uang dari gaji saya. Bagi saya itu tidak menjadi masalah karena saya masih mempunyai uang bonus setiap penjualan dari perusahaan. Tapi uang bonus itu juga dimintanya. Alasannya, untuk membeli susu anak kami.
Saya tidak ingin pernikahan saya ini hancur di tengah jalan. Masalahnya pernah satu kali istri saya minta cerai karena alasan keuangan. Yang ingin saya tanyakan:
- Pertama, apakah dibenarkan seorang istri meminta semua uang gaji suaminya dan juga uang bonus suaminya untuk membeli susu anak?
- Kedua, apakah hanya alasan keuangan kami mesti cerai?
- Ketiga, apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah ini ?

Seorang umat di Lampung

Dari pengantar kata yang anda ungkapkan saya jadi teringat kebenaran fakta yang mengatakan bahwa usia kritis suatu perkawinan adalah antara usia tiga tahun sampai dengan tujuh tahun. Dalam masa-masa ini suami-istri semakin mengenal siapa pribadi mereka masing-masing yang sebenarnya dari pasangannya. Mereka saling memahami kelebihan dan kelemahan. Apa yang dahulu dalam masa pacaran disembunyikan, pada masa ini semua menjadi nampak aslinya. Bisa jadi mereka berdua menjadi terkejut melihat kenyataan yang mereka alami. Hal ini terutama akan terjadi pada mereka yang pada masa pacaran tidak saling terbuka dan saling mengenal dengan jujur. Romantika indah kehidupan cinta berdua sebagaimana dialami pada waktu masih pacaran semakin luntur dan jarang dinikmati. Mereka terbuai dengan kesibukan masing-masing. Suami sibuk mencari nafkah dengan kerja tanpa istirahat, sedang istri sibuk mengurus kehidupan keluarga dan anak-anak.
Sementara itu kehadiran anak dalam keluarga akan menjadi masalah tersendiri, terutama bila hal ini tidak dilihat sebagai suatu buah kasih dan tidak dipersiapkan secara matang. Dalam situasi seperti ini menjadi sangat mungkin bahwa suami atau istri mengalami suatu perubahan. Dengan kata lain apa yang dahulu diimpikan dan diharapkan diwaktu masih pacaran, tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi.
Berdasar pada pikiran seperti inilah saya melihat bagaimana masalah yang sebenarnya bukan masalah besar dalam kehidupan keluarga mengoncang perjalanan bahtera kehidupan perkawinan anda.
Menjawab pertanyaan yang anda ajukan, menurut hemat saya sebenarnya pertanyaan itu sendiri kurang tepat. Karena pertanyaan itu mengisyaratkan atau mengandaikan bahwa anda kurang memahami secara tepat apa yang semestinya anda lakukan sebagai kepala keluarga. Masalahnya bukan terletak pada ‘dibenarkan atau tidak’, tetapi terletak bagaimana anda berdua sebagai suami istri menangani masalah ekonomi rumah tangga.
Anda mengatakan, sejak awal perkawinan anda bedua telah mempunyai kesepakatan bahwa anda yang bekerja dan istri anda yang mengurus keluarga. Nampaknya hal ini merupakan suatu kesepakatan yang baik. Terutama bila kesapakatan ini dibuat berdasarkan pada kesadaran bahwa urusan keluarga merupakan prioritas utama dalam kehidupan keluarga anda. Namun nampaknya anda tidak menyadari betul bahwa kesepakatan itu merupakan awal terjadinya konflik dan salah pengertian diantara anda berdua. Mengurus dan mengatur kehidupan keluarga tidaklah hanya cukup didasari oleh adanya kesepakatan. Namun hal ini merupakan suatu tugas dan tanggung-jawab bersama. Tidak bijaksana bila hanya ditumpukan pada satu orang saja, dan yang lain tinggal menunggu hasilnya yang serba beres dan baik.
Adalah merupakan hal yang harus dicari alasan yang sebenarnya bahwa karena masalah kesulitan mengatur kehidupan ekonomi keluarga dijadikan oleh istri anda alasan untuk minta cerai. Tidak ada alasan apapun yang bisa memisahkan atau menceraikan pasangan suami-istri dari perkawinan Katolik yang resmi dan sah, kecuali oleh karena kematian.
Menurut hemat saya, yang perlu anda berdua perbuat sekarang ini adalah membina relasi yang benar antara anda dan istri anda. Maksudnya bahwa anda sungguh berusaha memahami secara benar dan tepat apa artinya menjadi seorang suami Kristiani. Selain itu istri anda semestinya juga semakin sadar betul apa tugas seorang istri sebagai ibu rumah tangga. Tuntutan istri anda yang kurang tepat terhadap kebutuhan keuangan merupakan suatu tanda negatif bagi anda untuk duduk bersama dan membicarakan kehidupan keluarga anda secara tenang dan jujur.
Dalam kebanyakan keluarga Kristiani, masalah ekonomi keluarga adalah masalah yang harus diatur bersama-sama. Sepertinya anda tidak terbiasa berbicara bersama mengenai pengaturan ekonomi keluarga anda. Kalau hal ini tidak pernah dilakukan, inilah saatnya bagi anda berdua untuk berbicara dan membuat bugdet untuk kehidupan keluarga anda. Berapa uang yang diterima setiap bulan dan berapa pengeluaran pokok untuk kebutuhan keluarga yang harus dikeluarkan. Anda harus mengetahui secara persis berapa uang yang anda terima setiap bulan dan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan pokok dan lain-lainnya, sehingga anda tidak defisit. Sesuaikan bugdet anda dengan gaji dan uang bonus yang anda peroleh setiap bulan. Hindarilah pengeluaran yang melebihi pemasukan.
Adalah suatu kenyataan yang terjadi dikebanyakan keluarga Kristiani, pengaturan uang diserahkan sepenuhnya kepada sang Istri. Istri yang bijak akan pandai-pandai mengatur dan mengelolo keuangan keluarga sesuai dengan kebutuhan keluarga. Karena dialah ibu rumah tangga yang harus mengatur kehidupan ekonomi keluarga. Sedangkan suami adalah seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan rumah tangga itu. Kerja-sama antara suami dan istri dalam mengatur kehidupan ekonomi keluarga mengandaikan bahwa anda sungguh saling mengenal dan saling memahami pribadi anda masing-masing. Tanpa adanya tingkat cinta yang lebih tinggi dan saling pengertian yang mendalam hal ini tidaklah mungkin terjadi. Dalam sistem budaya paternalistik, dimana suami selalu yang harus mengendalikan segalanya, banyak suami yang tidak siap dan merasa ‘tidak harus’ memberikan uang kepada istri untuk mengaturnya. Saya merasa yakin dalam masalah pengaturan keuangan keluarga istri lebih tahu dari pada seorang suami. Istri tahu persis berapa uang yang harus dikeluarkan untuk makanan, atau kebutuhan yang lainnya karena dia secara langsung mengatur penggunaan uang itu.
Oleh karena itu, konflik yang sedang anda hadapi ini merupakan kesempatan bagi anda berdua untuk melihat kembali kehidupan keluarga anda. Ini adalah kesempatan untuk semakin meningkatkan rasa saling pengertian dan relasi yang lebih mendalam sebagai suami dan istri. Keluarga bukan sekedar tempat untuk singgah dan rumah untuk makan dan tidur. Keluarga adalah Gereja Kecil di mana kehidupan iman, kasih dan harapan mendapat wujudnya yang kongkrit dalam relasi antara suami-istri dan anak. Memberikan uang kepada istri tanpa mengetahui tujuan dan penggunaan uang itu juga bukan tindakan yang bijaksana. Menyembuyikan uang dan berusaha untuk menggunakannya sebagai kebutuhan ‘pribadi’ juga bukan pada tempatnya terjadi dalam kehidupan keluarga. Keterbukaan dalam menggunakan dan mengatur uang dalam kehidupan kehidupan ekonomi rumah tangga merupakan wujud kasih yang nyata.
Akhirnya terima kasih atas kepercayaan anda, dan selamat belajar menjadi seorang suami dan kepala rumah tangga yang baik bagi istri dan anak-anakmu. Berdoalah tiada henti kepada Keluarga Kudus Nasaret dan belajarlah dari padanya. Bersyukurlah kepada Tuhan terhadap apa yang telah anda terima dan berterima kasihlah kepadaNya. Tingkatkan hidup doa dalam keluarga dan Tuhan akan selalu memberkatimu dan keluarga. Romo menyertai anda dalam doaku.
salam dan doa
MoTe

Anakku Ugal-ugalan!

Damai sejahtera dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Romo Teja, saya sedang menghadapi masalah keluarga yang pelik dan sampai saat ini saya belum bisa memecahkannya. Kami menikah sudah 18 tahun lalu. Sekarang kami sudah mempunyai empat orang anak. Anak kami yang pertama dan kedua laki-laki sedang anak kami yang ketiga dan keempat perempuan.
Awal mulanya kami menikah sudah tidak disenangi oleh orangtua pihak perempuan karena ada anggapan menikah usia beda tiga tahun dan enam tahun tidak bagus menurut tradisi. Tetapi kami tetap nekat tidak percaya bahkan saya membohongi orangtua pihak perempuan bahwa kami hanya beda usia satu tahun.
Memang istri saya termasuk golongan orang yang berada. Ia sudah terbiasa dengan segala barang yang mewah sedang saya adalah orang yang ekonomi menengah. Saya masih harus bersusah payah bekerja makan gaji dengan orang.
Awal pernikahan kami memang sempat terjadi ribut kecil bahkan istri saya pernah stress karena biasanya ia memegang uang banyak agar bisa berbelanja, tetapi setelah pernikahan kami ia merasa uang gaji saya itu selalu tidak cukup.
Permasalah itu akhirnya bisa kami atasi bersama beberapa tahun belakangan ini di mana kami sama-sama sudah bekerja mencari uang dan mendirikan rumah baru bersama sambil membuka usaha kecil-kecilan. Tapi dua tiga tahun belakangan ini timbul lagi permasalahan lain setelah anak-anak kami mulai beranjak dewasa di mana kebutuhan untuk sekolah semakin besar. Anak-anak kami justru ugal-ugalan dalam sekolahnya. Disuruh untuk kuliah mereka tidak mau begitupun dalam membantu orang tua mengembangkan usaha. Sepertinya mereka maunya menghabiskan harta orangtua saja. Tidak ada sedikitpun rasa tanggungjawab pada diri mereka sebagai anak apalagi untuk masa depan mereka nanti. Mungkin pikiran mereka orangtua mereka masih kaya. Saya tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi anak-anak saya itu. Di mana tempat saya mengadu? Saya mohon pertolongan, Romo.
Seorang umat di Palembang


Terima kasih banyak atas kepercayaan anda untuk menjawab permasalah yang sedang anda hadapi. Merenungkan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan kita, kiranya ama benar apa katakan oleh para ahli bahwa prosentasi masalah yang dihadapi oleh manusia di dunia ini, kurang lebih delapan puluh persens adalah masalah yang menyangkut kehidupan keluarga. Mungkin masalah itu terjadi dalam hubungannya dengan suami istri, antar anak dan orang tua, anak dengan anak, anak dengan masalah sosial sekitarnya, masalah ekonomi dan berbagai macam masalah yang lain. Dengan mengatakan ini saya tidak bermaksud untuk menambah rumit masalah yang sedang anda hadapi. Namun saya hanya ingin mengungkapkan fakta bahwa hidup manusia ini selalu dihadapkan pada masalah. Menyadari hal ini kita harus semakin Jadi bagi manusia masalah bukanlah hal yang luar biasa, tetapi suatu hal yang biasa dan merupakan hakekat yang melekat pada hidup itu sendiri. Pertanyaan yang bisa diajukan adalah kalau masalah itu adalah melekat pada kehidupan manusia sendiri, lalu bagaimana manusia menghadapi masalah itu. Ada orang yang menghadapinya dengan bijak, ada yang menjadi pusing bahkan sangat terbebani dan berbagai macam hal.
Anda menyinggung dalam surat anda bahwa pada awal perkawinan anda sebenarnya anda tidak direstui oleh orang tua pihak perempuan. Pada mulanya anda merasa bahwa istri anda pun merasa memerlu banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup anda yang datang bukan dari keluarga yang kaya. Dan akhirnya anda mengatakan bahwa anda harus membohongi mertua anda yang berpendapat bahwa tidak baik menikah dalam perbedaan umur antara tiga dan enam tahun. Hal ini tidakan yang baik sekali. Anda melihat balik segala peristiwa ini sebagai suatu ‘sarana refleksi’ untuk melihat kenyataan yang terjadi sekarang ini. Hal yang ingin saya tegaskan di sini bahwa menurut hemat saya segala peristiwa yang terjadi dalam keluarga termasuk kenalan anak anak anda tidak ada hubungannya dengan ‘kepercayaan tradisi’ itu. Ini bukan ‘kutuk atau hukumam’ atas kenekadan anda menikah dengan istri anda. Ini bukan karena perkawinan anda tidak direstui oleh orang tua pihak istri, melainkan ini murni masalah yang sering terjadi dalam setiap keluarga.
Menurut anda masalah utama adalah bahwa anak anda tidak mau kuliah, hidup ugal-ugalan, tidak mau mendukung usaha orang tua dan ada kecenderungan menghabiskan harta orang tua. Pertama-tama yang harus dicari adalah sebab mengapa anak anda bertindak demikian? Kapan anak anda mulai bertindak seperti itu, akhir-akhir ini atau sudah lama. Bagaimana hubungan anda sebagai orang tua dengan anak anda?. Apakah anda dan istri anda sebagai orang tua sungguh mempunyai waktu untuk dia ataukah anda sibuk dengan tugas dan usaha anda?
Mengapa saya mengajak anda untuk bertanya hal ini? Menurut hemat saya kebanyakan anak yang ‘ngambek’ atau mogok tidak mau kuliah atau tidak mau bekerja disebabkan oleh adanya rasa kecewa yang begitu mendalam terhadap orang tuanya. Mungkin dia merasa tidak diperhatikan, tidak didengarkan, tidak dianggap sebagai anak. Mungkin tanpa sadar kita telah memberi ‘cap’ yang tidak baik dalam keluarga. Ia terluka, ia merasa hidup dan kehadirannya dalam keluarga tidak berarti apa-apa. Maka tindakan yang dia lakukan adalah tindakan balas dendam. Ia bertindak semaunya sendiri. Dia tidak peduli dengan siapapun termasuk dirinya sendiri, karena dinya merasa tidak mempunai arti lagi. Sebenarnya semua ini dilakukan sebagai usaha untuk menarik perhatian orang lain, terutama orang tuanya. Yang sering terjadi, orang tua justru meresponnya secara negatif dan semakin membuat dia semakin tambah marah.
Lalu apa yang perlu dibuat terhadap anak itu. Tidak ada nasehat ‘instant’ yang bisa diterapkan dan langsung bisa mengatasi masalahnya. Menurut hemat saya tidak ada tindakan mendesak untuk dilakukan selain mengadakan pendekatan pribadi dengan anak ini. Ciptakan kondisi dan waktu untuk bisa bicara dari hati ke hati dengan anak anda. Bicaralah sebagai seorang ayah dengan seorang anak. Bukan polisi dengan pencuri, bukan si hakim dengan si terhukum, sekali lagi antara seorang ayah dan seorang anak. Mungkin hal ini tidak mudah dilakukan. Kekecewaan anda terhadap sikap dan tingkah laku andak anda membuat anda tidak bisa menerima anak anda sebagaimana adanya. Mungin anda juga berbalik marah terhadapnya. Dalam emosi kemarahan seperti ini biasanya membuat orang tua tidak mampu mendengar dengan baik ungkapan isi hati dan perasaan anak. Maka bersabar dan mengendalikan kemarahan adalah hal yang sangat diperlukan dalam pembicaraan antar pribadi ini. Hargailah dan terimalah pendapat anak anda. Dengarkan segala keluhan, kekecewaan dan harapannya. Mungkin ini akan menyakitkan hati anda, karena mungkin anda tidak pernah mendukanya. Tanyakan apa yang sebenarnya ia kehendaki, cobalah menungkap segala isi hatinya.
Seandainya anda merasa tidak bisa melakukan ini karena mungkin anda sudah merasa tidak bisa mendengarkan dengan baik, mintalah tolong kepada orang yang anda anggap bisa mendengarkan dan mengajak anak anda berbicara dari hati ke hati. Di lain pihak kalau anda merasa bahwa ada kecenderungan anak anda menghamburkan harta orang tua, anda harus mengontrol pemberian uang kepada anak anda. Dalam hal ini anda harus bisa bertindak kompak dengan istri anda. Walaupun mungkin anda mengalami kesulitan untuk bekerja sama, melihat bahwa istri anda berasal dari keluarga kaya yang terbiasa dengan gaya hidup yang lebih mewah. Namun bagaimana pun juga pendidikan anak merupakan tanggung-jawab anda berdua. Tanpa adanya kerja sama yang baik antara suami-istri, tindakan anda justru akan menimbulkan masalah baru. Anda tidak bisa saling menyalahkan dalam hal ini, melainkan anda harus mempunyai satu suara bulat. Tujuan utama yang harus diprioritaskan adalah demi kebaikan dan masa depan anak anda. Ini bukan masalah kepuasan diri, melainkan inilah kesempatan bagi anda untuk menunjukkan kualitas diri anda sebagai orang tua.
Kiranya cukup sekian dulu, semoga beberapa pertimbangan pemikiran diatas bisa membantu anda mengatasi masalah anda. Mungin sangat baik bila anda ingat akan sabda Tuhan yang mengatakan bahwa “Tuhan tidak pernah memberikan beban lebih dari kemampuan yang bisa ditanggung oleh umatNya’. Maka mintalah tolong dan yakinlah bahwa Tuhan mempunyai rencanaNya. Mungkin rencana ini yang belum anda mengerti dan harus dicari bersama dengan anggota keluarga yang lain. Saya menyertai anda dalam doa-doa saya. Berkat Tuhan melimpah

Salam dan doa
Rm. Teja Anthara scj

Aku Takut Jatuh Cinta lagi…normalkah Aku??!!

Damai sejahtera dalam Tuhan kita Yesus Kristus
Romo Teja, saya seorang cowok berusia 18 tahun sedang dirundung masalah. Sewaktu di STM saya pernah berpacaran delapan bulan dengan seorang gadis sampai pada putusnya hubungan kami. Sejak itu saya tidak pernah berpacaran lagi.
Sejak duduk di bangku kuliah saya pernah naksir seorang cewek. Sudah lama saya memperhatikan dia di kampus. Tetapi saya takut untuk mengajaknya berkenalan karena kata teman-teman ia adalah cewek materialistis yang selalu dijemput cowok dengan mobil sedangkan saya hanya membawa sepeda motor.
Hal itu membuat saya kecut tetapi untunglah ada kawan yang selalu memberi saya support agar jangan putus asa dulu. Temanku inilah yang mencarikan biodata cewek yang aku taksir sampai selengkap-lengkapnya mulai dari tempat tanggal lahir, alamat , nomor telepon, asal SMU. Tetapi meskipun sudah ada alamat dan nomor telepon saya tetap tidak berani untuk mengajak ia kenalan. Saya bingung harus memulai apa bicara di telepon. Mau basi-basi nanya lagi ngapain, sekolah di mana dulunya, boleh tidak main ke rumah, kuliahnya ngambil apa, bagaimana indeks prestasinya semester, dll. Hal-hal yang saya sudah tahu itu malas saya tanyakan lagi. Kalau lagi main-main bersama teman untuk telpon dia saya tidak salah-salah lagi begitu mesranya, tapi begitu bicara di telpon saya bingung sendiri mau bicara apa.
Sekarang ada perempuan lain lagi yang juga saya taksir. Nomor teleponnya pun sudah aku dapatkan. Tapi masih saja aku belum berani untuk menelponnya. Aku tidak tahu kelainan apa yang aku miliki atau karena aku terlahir di antara saudara-saudaraku yang semuanya perempuan sehingga aku lebih banyak menggunakan perasaan daripada pikiran.
Yang ingin saya tanyakan :
1. apakah yang saya alami ini wajar, dapat terjadi untuk orang yang seusia saya ?
2. langkah-langkah apa yang harus saya tempuh untuk bisa mendapatkan orang yang saya sukai?
Yusuf, Palembang

Sdr. Jusuf yang terkasih;
Sebelum saya menjawab pertanyaanmu ini, saya ingin balik bertanya kepada anda. Apakah cinta pertama anda dengan temanmu waktu masih di STM itu begitu membekas dan mendalam? Apakah anda merasa sangat ‘sakit hati’ ketika putus dengan pacarmu itu? Apakah anda sungguh sangat mencintai dia? Well, tentunya anda tidak akan bisa menjawab langsung pertanyaan ini. Saya hanya bisa mengandaikan dan menduga, bila anda merasakan dan menjawab ya atas pertanyaan anda ini berarti ada mengalami suatu ‘trauma’ ringan untuk memulai berpacaran lagi. Anda merasa takut menghadapi kegagalan seperti yang pernah anda alami. Anda mungkin merasa takut mengambil resiko disakiti lagi. Anda tidak ingin mengalami sakit hati karena putus cinta dan gagal lagi dalam bercinta. Akibatnya bahwa perasaan ini bisa jadi membuat anda menjadi tidak percaya diri lagi dengan diri anda. Anda kehilangan keberanian untuk melangkah dan memulai suatu perjalanan cinta. Anda kehilangan ‘self-confidence’ dalam diri anda.
Apakah ini wajar?! Tentu saja wajar, terutama bila ditempatkan dalam suatu proses perkembangan kepribadian dalam kehidupan manusia. Dalam arti bahwa banyak orang yang mengalami perasaan seperti ini. Bukankah hidup manusia itu mengalami ‘up and down’ dalam proses menuju kedewasaan pribadi. Hal ini menjadi tidak wajar bila ‘trauma’ ini menggangu perkembangan pribadi anda dan membuat anda mengalami kesulitan untuk ‘jatuh cinta’.
Langkah apa yang perlu dibuat? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya teringat akan pepatah orang bijak yang mengatakan ‘bila engkau ingin berjalan seratus kilo meter jauhnya, maka yang pertama dan utama yang harus kamu buat adalah memulainya dengan langkah pertama lebih dahulu’. Demikian halnya dengan apa yang anda harus buat. Bila anda ingin berkenalan lebih dekat dengan gadis yang anda taksir, mulailah mendekatinya. Bagaimana anda akan dia akan mengenal anda bila anda tidak pernah memperkenalkan dirimu. Bagaimana anda akan bisa berbicara santai dan mesra dengannya lewat telpon, bila kamu tidak pernah membuka mulut anda dan melontarkan satu kata untuk memulai pembicaraan. Kalau anda sudah merasa mendapat semua informasi yang anda butuhkan, mulailah dengan apa yang sudah anda persiapkan itu. Bertindak atau ‘put it in action’ inilah yang anda butuhkan sekarang ini. Bila Anda tidak berani memulai, disinilah masalahnya.
Kalau hal ini tetap tidak bisa ditempuh, pakai cara klasik. Ungkapkan isi hatimu itu dengan menggunakan jasa perantara. Anda mengatakan bahwa anda mendapat informasi secara mendetail tentang teman yang kamu taksir dari temanmu yang selalu ‘support’ terhadap usahamu. Memohon bantuanya dia sebagai perantara menurut hemat saya bisa menjadi alternatif atau option yang lain. Jaman dulu orang yang naksir seseorang tidak akan secara langsung bertemu dengan yang ditaksir, melainkan melalu surat. Lewat surat itulah seseorang mengungkapan isi hatinya. Mulai dari samar-samar menyatakan keinginannya untuk kenal sebagai teman, kemudian mengungkapkan keinginan hatinya untuk membina persahabatan lebih dekat lagi. Kalau memang lewat surat ini tidak mendapat tanggapan yang diharapkan, berarti bahwa rasa cinta anda tidak mendapat tempat dihatinya. Jangan putus asa, karena cinta memang tidak bisa dipaksa. Namun demikian anda tidak perlu merasa malu, karena tidak banyak orang yang tahu bahwa cinta anda ditolak. Karena relasi itu bersifat rahasia dan hanya engkau dan teman yang kamu percaya mengetahuinya.
Beberapa hal yang perlu diingat bahwa dalam budaya timur, perempuan tidak akan pernah mendahului mengatakan ‘aku cinta kamu’. Kebanyakan dari dia lebih banyak bersikap menunggu dan menanti pria yang ungkapan itu. Mungkin baik juga bila anda membaca buku tentang psikologi perempuan, sehingga anda lebih mengenail sifat-sifat dia. Dengan lebih mengenal sifat-sifat dia, diharapkan bahwa anda akan tampil lebih percaya diri dan akhirnya bisa mencari ‘cara’ yang paling baik bagaimana mendekati perempuan. Kiranya perlu disadari pula bahwa perempuan biasanya tidak akan tertarik begitu saja pada pria karena penampilan luarnya, tetapi dia akan lebih tertarik pada kepribadiannya. Dengan kata lain perempuan pertama-tama tidak akan menaruh perhatian secara khusus pada wajah yang ganteng, tubuh yang atletik, rambut yang indah, badan yang ‘macho’, melainkan dia akan lebih tertarik pada dalamnya perhatian, tutur kata yang halus dan sikap hati yang terungkap dalam tindak-tanduk. Dia tidak akan mudah jatuh cinta kepada seseorang yang dia belum mengenalnya betul seperti halnya seorang pria. Namun bila dia sudah jatuh cinta biasanya akan sulit sekali untuk melepaskan. Lebih-lebih terhadap pria yang sungguh sesuai dengan apa yang diharapkan, merasa terlindungi, bisa dipercaya dan mampu menerima kehadirannya.
Oleh karena itu romo menganjurkan, berhentilah main perasaan dan datangi teman yang kamu taksir itu. Kirimi surat bila anda tidak mempunyai keberanian untuk bicara. Menaksir dari jauh dan tanpa pernah menungkapkan isi hatimu kepadanya sama halnya seperti ‘burung punduk merindukan bulan’. Tumbuhkan rasa percaya diri anda, jangan percaya hanya pada kesan dan kata orang lain bila anda belum membuktikan sendiri. Memang banyak perempuan yang materialistis, tetapi masih lebih banyak perempuan yang mempunyai cinta murni. Selamat mencoba dan yakinlah bahwa anda adalah ‘pria’ normal yang membutuhkan cinta dan dicintai, kecuali terbukti sebaliknya. Romo menyertaimu dalam doaku. Berkat Tuhan melimpah.

salam dan doa
MoTe

Istri saya mulai aneh-aneh

Romo Teja yang baik. Saya seorang suami dan ayah dari dua orang anak. Sudah 20 tahun saya menikah dengan istri saya yang sekarang ini. Dua anak saya sudah bujang gadis. Anak saya yang pertama kini berusia 20 tahun, karena istri saya hamil sebelum kami menikah. Sebagai seorang suami saya sangat mencintai istri saya. Istri saya juga sangat mencintai saya dan anak-anak saya. Namun yang saya cemaskan akhir-akhir ini adalah istri saya yang mulai bersikap aneh-aneh. Misalnya, ia kurang peduli sama saya. Ia sering mengambil keputusan sendiri terhadap hal-hal yang berisiko tinggi tanpa membicarakannya dengan saya dan anak-anak.
Lantas hal yang membuat saya agak jijik adalah dia mulai berdandan menor-menor, padahal dulu tidak seperti ini. Dulu dia lebih membiarkan diri tampil alami hanya dengan sedikit sapuan kosmetik. Saya sudah menanyakan keanehan ini kepadanya, tetapi ia malah cuek. Ia tidak memberi jawaban atas pertanyaan saya. Malahan anak saya yang pertama yang sudah gadis itu sering mengeluhkan tingkah laku aneh ibunya. Ini ada apa? Saya cemas akan hal ini. Saya tidak ingin dia minggat dari rumah. Romo, apa yang mesti saya dan anak-anak saya buat? Mengapa tingkah laku istri saya berubah begitu drastis? Salam dalam Kristus,

Johan di Jambi

Bpk Johan yang terkasih;

Terima kasih banyak atas surat dari Jambi. Jawaban saya ini menjadi pembuka kolom konsultasi di “Komunio’ yang untuk beberapa waktu tidak muncul. Pertama-tama saya ikut bersyukur atas kebahagiaan dan kesetiaan yang bapak alami dalam membina bahkatera keluarga selama dua puluh tahun. Apalagi anda berdua menjalani kehidupan keluarga ini atas dasar saling mencinta.
Membaca dan merenungkan isi surat anda, saya menangkap beberapa point yang menjadi kekuatiran anda, antara lain anda merasa bahwa ‘dia kurang penduli’ sering mengambil keputusan sendiri’ dan mulai ‘berdandan menor-menor’. Dan anda melihat semua ini merupakan suatu keganjilan sikap yang mencemaskan, karena sebelumnya dia tidak pernah melakukan yang demikian.
Dari kejadian diatas ini saya bisa mengatakan bahwa sikap aneh-aneh dari istri anda ini merupakan suatu bentuk expresi untuk mencari perhatian dari sang suami. Hal ini terjadi karena ada suatu harapan yang tidak bisa terpenuhi atau tidak mampu diungkapkan. Dengan kata lain, istri anda mempunyai suatu harapan, tetapi harapan itu tidak pernah dikatakan. Semua itu disimpan didalam hatinya dengan mengandaikan diri bahwa sang suami harus mengetahui dengan sendirinya, jadi tidak perlu dikatakan. Dalam hal ini istri anda ‘hidup’ dalam pengandaian, bahwa tanpa dikatakan, mengharap sang suami sudah mengetahuinya. Dia membiarkan ‘expectation’ ini berdiam diri dalam hatinya. Namun karena tidak mendapat jawaban dan tidak dipahami, maka muncullah dalam bentuk sikap yang aneh-aneh. Ada rasa kecewa yang mendalam. Ada suatu kebosanan dalam gaya hidup sebelumnya. Dalam suasana gundah ini, dia mengalami suatu tindakan yang sebenarnya dia sendiri tidak merasa ‘in dan sreg’. Karena ini bukan ‘style’ dia, tetapi merupakan suatu ekpresi ketidak puasan terhadap; bisa jadi diri sendiri, suami atau keluarga. Ini merupakan suatu bentuk protes dari ‘expectation’ yang tidak terpenuhi.
Kemungkinan ke dua adalah bahwa istri anda sedang dalam masa ‘pubertas’. Suatu keinginan bahwa sadar muncul kepermukaan. Ada hal-hal yang dulu tidak pernah dialami, namun menjadi keinginan dan terus ditekan bahwa sadar, sekarang ini muncul. Sebenarnya semua ini merupakan suatu expresi untuk mencari perhatian.
Kalau hal ini terus berlangsung anda memang perlu merasa cemas, karena bisa-bisa istri anda ‘lari dari rumah’, karena yang dicari dan harapkan di dalam rumah tidak ditemukan lagi. Lalu apa yang harus anda lalukan? Satu hal yang perlu selalu disadari dan diperbaharui terus-menerus dalam kehidupan keluarga adalah ‘membangun relasi suami’ istri. Ini unsur penting dan pokok, tetapi banyak keluarga yang mengabaikannya. Kiranya perlu disadari, bahwa relasi itu tidak begitu saja bisa terjadi hanya karena ‘kesatuan badan’, tetapi harus dibina. Dari kejadian yang dialami oleh istri anda, saya menduga bahwa ada ‘sesuatu’ yang hilang dalam ‘ritme’ kehidupan keluarga anda. Mungkin selama ini anda terlalu sibuk dengan pekerjaan anda, tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk hal-hal yang dulu menjadi kebiasan keluarga. Masihkah anda mempunyai waktu-waktu ‘romantis’ yang mungkin dulu menjadi kebiasaan anda berdua?
Untuk mengetahui apa itu, menurut hemat saya, pertama-tama anda harus mencari waktu untuk merenung dan merefleksikan kembali perjalanan hidup perkawinan anda. Setelah anda merasa menemukan ‘hal-hal’ yang hilang, carilah waktu yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati kepada istri anda. Saya mengatakan berbicara ‘dari hati ke hati’, ini berarti suatu hal yang khusus dan membutuhkan suatu persiapan. Jadi bukan bertanya ‘mengapa’ dan ‘mencari jawaban’ dari sikap aneh-aneh istri anda, tetapi lebih merupakan ‘sharing’ sebagai suami istri. Ini merupakan kesempatan untuk berbagai pengalaman bersama sebagai suami istri. Dengarkanlah apa yang ada didalam hati istri anda dan pahami. Ingat pepatah yang mengatakan ‘a man from Mars and a woman from Venus’, artinya ada suatu perbedaan kepribadian yang seringkali tidak bisa dipertemukan antara pria dan perempuan. Perbedaan inilah seringkali menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik, bahkan perpecahan. Apa yang menurut anda begitu sederhana dan sepele, bisa jadi itu menjadi begitu penting dan besar bagi istri anda. Maka jangan heran, bila anda menjadi begitu kaget menemukan istri anda menjadi ‘orang asing’ dalam hidup anda, walaupun sudah hidup bersama selama dua puluh tahun. Tetapi kalau perbedaan itu disadari, dipahami dan diterima, maka akan menjadi kekayaan yang luar biasa. Bahkan bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kedamaian.
Selain beberapa hal diatas ini, kiranya baik bila anda mencari waktu yang tepat untuk ‘berlibur’ berdua. Saya mengatakan berlibur, bukan berarti harus ikut ‘tour’ keluar negari dengan mengeluarkan biasa banyak. Libur disini lebih menekankan ‘moment’ yang memberi kesempatan pada diri anda berdua untuk menikmati ‘situasi yang berbeda’ dari rutinitas dirumah. Bisa jadi libur ini bisa diisi dengan retret pasutri. Libur di sini lebih memberikan kesempatan yang leluasa untuk berdua.
Kiranya cukup sekian dulu, anda mempunyai alasan untuk kuatir bahwa ‘istri anda akan lari dari rumah’, bila anda tidak berbuat apa-apa. Tetapi bila anda yakin bahwa anda berdua saling mencintai bahkan sangat mencintai, maka tidak ada alasan untuk kuatir, karena anda pasti tahu apa yang harus diperbuat oleh mereka yang saling mencintai. Oleh karena itu, jangan lupa untuk berdoa dan ke Gereja bersama, saya yakin bila anda tetap dalam naungan kasihnya, masalah yang anda hadapi sekarang ini bisa menjadi ‘garam hidup’ yang memberi rasa enak dalam kehidupan keluarga anda. Berkat Tuhan melimpah, dan salamku untuk istri anda.

Salam dan doa
Rm. Teja Anthara SCJ

Menemani Suamiku Dalam Duka Dan Suka?!!

Romo Teja yang baik,
Saya seorang istri yang baru tujuh tahun ini menikah. Selama tujuh tahun pernikahan kami tidak pernah menghadapi masalah dalam rumah tangga. Anak kami satu orang laki-laki sekarang berusia tujuh tahun.
Tapi tahun 2001 lalu tepatnya bulan Juli, kami menghadapi permasalahn. Suami saya dililit hutang, karena sering bermain bola gelinding (mickey mouse). Awal mula suami bermain bola gelinding sering bercerita kalah beberapa ratus ribu. "Ya sudah tidak apa," kata saya.
Selidik punya selidik, ini semua karena ulah teman-temannya. Dulunya ia tidak suka bermain bola gelinding, apalagi mabuk-mabukan. Lebih parah lagi ia berselingkuh dengan wanita lain.
Sekarang ini ia pergi merantau ke Jakarta seorang diri, karena kedua orangtuanya sudah membuangnya dari keluarganya. Sebetulnya saya ingin ikut menemani ia di sana sama-sama bekerja dan merantau di Jakarta. Tapi setelah saya pikir, ia sendiri saja belum menetap tinggalnya. Kalau saya ikut dia tidur di hotel sana-sini nanti dibilang orang cewek macam apa lagi saya ini. Memang ia sering menelepon ke HP saya memberitakan keadaanya dan menanyakan anaknya.
Yang ingin saya tanyakan kepada Romo, salahkah tindakan saya yang tidak menemani dia dalam keadaan duka seperti saat sekarang ini, padahal kami pernah mengucapkan janji setia dalam suka dan duka? Apakah pernikahan kami bisa terus berlanjut jarak jauh saja, karena saya melihat sepertinya sekarang ini sedang ngetren suami dan istri yang resmi menikah tetapi hidup berjauhan? Saya sendiri sampai sekarang kurang memikirkan lagi suami saya. Yang penting saya bisa bekerja lagi sambil membesarkan anak saya.
Atas nasehat yang Romo berikan saya ucapkan terima kasih.
Reni, Baturaja

Ibu Reni yang terkasih;
Inilah yang dinamakan liku-liku perjalanan kehidupan keluarga. Benar kata orang bijak, bahwa hidup manusia itu bagaikan perjalanan sebuah roda. Kadang kala berada diatas, tetapi tak jarang pula berada dibawah. Suatu siklus perjalan hidup yang tiada putus namun merupakan suatu kesinambungan mata rantai yang tidak putus.
Nampaknya situasi kehidupan perkawinan dan keluarga anda sedang berada dibawah. Tujuh tahun berjalan tanpa masalah, semua nampak berjalan baik dan membahagiakan. Dan sekarang keluarga dililit oleh berbagai kesulitan dan cobaan, dirundung oleh duka karena tindakan yang coba-coba namun akhirnya menjerumuskan. Suami disingkirkan dari pergaulan keluarga, merantau jauh dari rumah, istri dan anak-anak. Sementara anda sebagai seorang istri dihadapankan pada suatu pertanyaan ‘refleksi terhadap kesetiaan janji perkawinan’. Apa yang harus saya lakukan dalam situasi seperti ini, salahkan aku yang tidak menemani suami dalam keadaan duka?.
Ibu Reni, kehadiran badan, bersatu dalam duka dan suka adalah suatu keadaan ideal yang seharusnya terjadi dalam setiap kehidupan keluarga. Namun kalau seandainya ‘kebersamaan kehadiran’ itu tidak mungkin terjadi karena alasan yang sangat masuk akal, saya kira kita bisa mengerti. Dengan kata lain tidak ada yang salah, baik dari pihak suami atau istri, bila karena keadaan terpaksa harus berpisah. Bandingkanlah dengan suami atau istri yang terpaksa harus meninggalkan keluarga oleh karena harus merantau ke luar negeri atau daerah lain, bukan hanya berminggu-minggu, tetapi bertahun-tahun. Mereka mengorbankan kebersamaan, kerinduan dan kehidupan normal suami-istri karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tenaga-tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri misalnya, apakah mereka bisa dikatakan tidak lagi setia terhadap suami-istri mereka…?
Menurut hemat saya anda masih tetap beruntung, karena suami anda masih tetap menghubungi anda lewat celular phone. Ia masih tetap memperhatikan anda, masih terus menanyakan keadaan anak-anak. Hal ini merupakan tanda bahwa ‘masih ada cinta’ dan tanggung-jawab dalam diri suami anda. Dalam kondisi seperti sekarang inilah justru fungsi anda sebagai seorang istri, seorang pendamping sang suami harus memainkan perananannya. Kehadiran memang sangat perlu, tetapi dukungan dan kebersamaan tidak harus selalu diwujudkan dalam kebersamaan badan. Saya merasa yakin bahwa suami anda pasti belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. Saya merasakan bahwa dia pun tidak ingin situasi berpisah dari istri dan anak-anaknya ini terjadi untuk selamanya. Ini adalah kondisi terpaksa yang sementara ini harus dijalani.
Lalu apa yang harus ibu Reni lakukan untuk mewujudkan janji suka dan duka perkawinan anda? Yang jelas suami anda sekarang ini membutuhkan dukungan ibu Reni. Dukungan moral anda tetapi perlu. Lewat hubungan telpon inilah relasi anda tetap dan terus harus dijalankan. Dengarkanlah dengan hati ketika suami anda cerita mengenai keadaanya. Berilah kata-kata dukungan kalau dia merasa putus asa dan kehilangan gairah dalam perjuangannya. Ungkapankan kerinduan anda untuk tetap bersatu, ceritakanlah keadaan anak-anak yang selalu bertanya keadaan bapaknya. Bicarakan bersama langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah ini. Berapa lama suami anda akan tetap berada di Jakarta, apakah ada rencana untuk tinggal di sana untuk seterusnya atau masih ada kemungkinan untuk balik kekampung halaman. Kalau dirasa perlu dan ada sarana pendukung, pergilah dan temuilah suami anda di Jakarta, bawalah anak-anak bersama dia, tinggal bersama dia untuk beberapa saat, dan bila dirasa cukup lalu pulang kampung lagi. Dan jangan lupa, selalu membawa anda dalam doa dan Ekaristi. Saya yakin bila suami anda menunjukkan penyesalan dan berusaha memperbaiki kesalahannya dan menebusnya dengan tidakan yang baik, keluarganya akan menerimanya kembali. Percayalah, sejahat-jahatnya orang tua, mereka tidak akan tega melihat anaknya hidup sengsara selama hidup. Selalu ada pengampunan terbuka bila memang orang mau menunjukkan pertobatannya.
Menurut hemat saya, mencoba melupakan dengan ‘tidak memikirkan suami dan bekerja sambil membesarkan anak-anak’ sikap yang kurang tepat. Mungkin anda bisa membesarkan anak-anak anda, mungkin ada bisa hidup layak dengan hasil kerja anda. Bagaimana pun istri selalu membutuhkan suami. Anak-anak anda membutuhkan bapaknya. Mereka tidak bisa hidup hanya berdasarkan apa yang mereka miliki, terpenuhi segala kebutuhan materinya. Kasih orang tua adalah dasar hidup dan masa depan mereka. Kasih ibu memang pokok, tetapi akan menjadi lengkap bila kasih sayang bapak selalu dialami. Selain itu memang tidak bisa dipertahankan terus menerus bahwa anda harus hidup berjauhan dengan suami anda. Lihatlah situasi sekarang ini sebagai kondisi yang tidak normal. Justru kesetiaan anda mendampi suami harus membawa hasil pada situasi anda berdua bisa bersatu kembali.
Kiranya hanya ini nasehat yang bisa sampaikan, semoga Ibu Reni justru semakin dikuat dalam sistuasi seperti ini, tidak lari dari kenyataan, tetapi menghadapinya dengan tabah dan setia. Percayalah tidak ada persoalan yang tidak mempunyai jalan keluarnya. Bila Tuhan telah mempersatukan anda dalam perkawinan, dan anda tetap berusaha setia pada janji perkawinan yang anda ucapkan, dalam tangan dan naunganNya, dia pula yang akan memberikan kemenangan dan hari depan yang lebih baik bagi mereka yang berharap dan berpegang pada janjiNya. Saya menyertai anda dalam doa-doaku, salam saya untuk suami anda, dan berkat Tuhan melimpah.

Salam dan doa
MoTe

Friday, February 24, 2006

Aku Mencintai Pacar Temanku..!!!

Romo, saya mencintai pacar teman saya, dan ternyata dia juga sama. Akhirnya, kami diam-diam berpacaran, tanpa diketahui teman saya. Dengan alasan waktunya belum tepat dan tak tega, pria itu tidak memutuskan teman saya.
Akibatnya, saya selalu dihantui rasa bersalah dan bingung, seandainya hubungan kami diketahui, siapa yang akan saya pilih, teman atau pacar saya? Dosa atau tidakkah hal itu?
Alya, Solo.

Alya yang terkasih.
Hal semacam ini memang sering terjadi dalam dikalangan pergaulan anak muda kita sehari-hari. Seseorang bisa jadi jatuh cinta pada teman pacar saya. Orang Jawa bilang ‘witing tresna jalaran saka kulino’ (Rasa sayang tumbuh karena kebiasaan sering bertemu). Mungkin hal itu menjadi salah satu sebab tumbuh dan bersemi cinta itu. Selain memang banyak faktor lain yang membuat seseorang jatuh cinta.
Menjawab kasus yang sedang anda hadapi sekarang ini, pertama-tama harus dilihat dari sisi makna suatu persahabatan. Kalau bagi anda persahabatan adalah suatu nilai yang mempunyai makna tinggi, maka apa yang sekarang anda lakukan boleh dikatakan sebagai ‘mengkhianati’ persahabatan. Letak ‘pengkhianatan’ itu adalah bahwa saling percaya yang selama ini anda bina berdua menjadi kandas, karena anda tidak jujur dengan diri anda dan teman anda. Anda bermain ‘api’ dibelakang punggung teman anda. Anda bermain cinta dengan pacar teman anda secara diam-diam. Oleh karena itu saya bisa mengerti bahwa anda dihantui perasaan bersalah.
Anda dalam situasi yang serba salah, karena anda dihadapkan pada dua pilihan yang mempunyai nilai sama. Pilihan anda selalu mempunyai resiko; yakni kehilangan persahabatan atau pacar. Maka anda menjadi bingung. Nasehat praktis yang bisa saya katakan adalah ukurlah dan pertimbangkan keputusan anda berdasarkan nilai persahabatanmu. Kalau anda merasa bahwa persahabatan dengan teman anda ini menjadi nilai yang utama, maka anda harus berani memutuskan hubungan dengan pacar teman anda ini. Dan ini berarti bahwa anda harus berani menerima kenyataan akan kehilangan ‘pacar’ anda ini. Dan bila anda meneruskan hubungan dengan ‘pacar’ anda ini, maka anda akan kehilangan bersahabatan dengan teman anda ini. Bisa jadi anda akan mendapat ‘nama’ yang tidak baik dihadapan teman-teman anda, karena anda akan di cap ‘merebut’ pacar teman anda. Jadi tidak ada pilihan. Ada dosa dibalik dari tindakan ini, karena anda berbohong dan tidak jujur dengan teman anda. Dan akibat dari dosa ini adalah membuat anda menjadi tidak tenang, bersalah dan bingung.
Kemungkinan lain bisa anda buat adalah jalan tengah, jalan kompromi dan jalan damai. Tetapi ini mengandaikan bahwa persahabatan anda dengan teman ini dalam dan dekat. Dalam level “a friend indeed is a friend in need”. Maka nasehat saya, anda dan teman anda harus memuutuskan hubungan dengan ‘pacar’nya itu. Jadi dua-duanya tidak ‘memiliki’, dan persahabatanmu dengan temanmu tetap langgeng. Sekali lagi hal ini hanya mengandaikan bahwa anda sungguh berteman akrab, ada saling keterbukaan dan kejujuran diantara anda berdua. Maka anda harus ‘curhat’ atau ‘sharing’ dengan teman anda mengenai apa yang terjadi dengan anda. Secara jujur saya katakan hal ini tidak akan mudah, membutuhkan keberanian. Namun ada akan terhindar dari dua resiko diatas. Ini adalah ‘win-win solution’.
Saya kira hanya ini yang saya bisa katakan, kebijaksanaan anda sangat diperlukan untuk memutuskan jalan mana yang akan anda tempuh. Jangan lupa melibatkan Tuhan dalam perkara-perkara yang ‘berat’. Dan saya yakin bahwa ‘everything is possible before God’. Doaku dan berkatku menyertai anda.
Salam dan doa
MoTe

“Dulu Cinta, Sekarang Benci”

Saya dulu pernah ikut pelayanan rohani di salah satu gereja. Di gereja itu saya kenal dengan seorang gadis dan kami berpacaran. Setelah berpacaran sekian lama hubungan kami pun putus. Setelah itu saya jadi benci sama dia. Tiap kali saya datang ke gereja untuk pelayanan selalu ada dia. Saya mau tetap ikut dalam pelayanan tetapi saya sulit menghilangkan rasa benci saya sama gadis itu. Apa yang saya harus lakukan?

Philips, Paroki St. Andreas – Kedoya Jakarta Barat


Sdr. Philips yang terkasih;
Orang bijak bilang ‘batasan antara cinta dan benci itu tipis sekali’. Banyak orang yang mengalami putus cinta menjadi ‘anti pati’ atau benci dengan orang yang pernah dicintai. Mengapa…? Secara singkat saya boleh mengatakan karena cinta itu ‘misteri’. Sesuatu yang sulit untuk dimengerti dan dijawab secara tuntas berdasarkan pada akal budi kita. Mungkin karena Allah adalah cinta, sehingga sulitlah untuk mengerti Allah secara tuntas dalam cinta yang terwujud dalam diri manusia lewat apa yang disebut emosi atau perasaan. Cinta bagaikan pedang tajam bermata dua. Disitu pihak cinta sungguh bisa membawa manusia hidup bahagia, tetapi dilain pihak cinta bisa membawa penderitaan.
Para ahli olah cinta mengkategorikan cinta dalam tiga tingkatan, yakni ‘eros, cinta dan agape’. Secara singkat sekali saya boleh mengatakan bahwa ‘eros’ adalah daya tarik antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh perbedaan ‘gender’ atau jenis kelamin. Cinta adalah suatu perasaan kasih yang begitu kuat terhadap seseorang yang bisa menimbulkan rasa romantis dan ketertarikan seksual. Perasaan kasih ini yang memampukan seseorang bisa ‘memberi dan menerima’ dan menyatukan hidup mereka. Cinta ini bisa murni, tetapi juga bisa palsu karena pengaruh ‘eros’ yang begitu kuat, sehingga aspek daya kertarikan seksual lebih dominan. Sedangkan ‘agape’ adalah cinta kasih yang ilahi, murni dan abadi. Cinta ini yang membuat orang bisa hidup bersama seumur hidup. Agape inilah yang memampukan manusia rela berkorban dan mati bagi orang lain. Disinilah ada pepatah mengatakan bahwa ‘cinta itu tidak harus memiliki’. Cinta kasih ini sangat ilahi, dan bersumber pada cinta kasih Allah sendiri. Contoh ‘agape’ yang paling nyata adalah Jesus Kristus kepada umatNya.
Lalu apa hubungannya dengan ‘rasa cinta yang berbalik benci’ yang sedang anda alami? Untuk memahami perasaan yang sekarang ini sedang dialami anda, saya menempatkan dalam kontek tingkat pengertian diatas, sehingga anda bisa mengatasi masalah ini dengan lebih tepat. Cinta yang berbalik benci ini disebabkan oleh putusanya hubungan anda dengan pacar anda. Perasaan benci itu muncul karena anda mungkin merasa disakiti, atau merasa gagal mengambil dan memadukan cinta anda. Dan sangat mungkin bahwa kebencian itu muncul karena anda tidak mampu menerima kenyataan bahwa akhirnya cinta berdua anda kandas dijalan. Harapan dan masa depan yang anda renda bersama dalam cinta akhirnya ‘pupus’.
Putus cinta memang menyakitkan. Karena saat itulah seluruh emosi kita terlibat dan berbagai macam perasaan muncul. Munculnya berbagai macam perasaan yang tidak menyenangkan menimbulkan derita. Derita yang berkepanjangan akan menimbulkan anti pati, benci dan dendam. Semua perasaan itu akan muncul kembali kepermukaan bila anda ingat akan peristiwa kegagalan itu. Ketidakmampuan menerima kenyataan bahwa anda gagal dalam bercinta membuat kita mencari ‘kambing hitam’ yakni orang yang sebelumnya anda cintai. Karena dialah yang menjadi penyebab derita kasih yang anda alami. Tempatkan cinta anda dalam tiga kategori diatas, dimanakah taraf cinta anda waktu itu.
Beberapa anjuran praktis ini mungkin bisa membantu mengatasi kebencian anda terhadap ‘mantan’ pancar anda. Pertama adalah bahwa anda harus berani menerima kenyataan bahwa anda gagal membina cinta dengan mantan pacar anda itu. Dengan kata lain bahwa anda harus menerima kenyataan bahwa anda putus cinta dengannya. Putus cinta adalah sesuatu yang normal dan wajar dalam dunia berpacaran. Carilah nilai atau aspek positifnya dari peristiwa pernah putus cinta. Mitos cinta pertama adalah cinta yang paling suci itu tidak sepenuhnya benar. Yang benar adalah bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Karena cinta yang sejati adalah ‘take and give’ dalam segala aspek kehidupan. Tidak perlu mengungkit-ungkit kembali masalahnya. Karena biasanya kita cenderung sulit melupakan sebab dari putusnya cinta dari pada menerima kenyataan bahwa hubungan itu telah putus. Akibatnya kita terus dihantui oleh perasaan marah dan menyalahkan.
Hal kedua yang sangat penting adalah ‘keberanian dan kerendahan hati’ untuk mampu mengampuni. Kalau anda bisa mengampuni dia atau dia mengampuni anda, maka kebencian itu akan sirna. Pengampunan itu mempunyai daya yang luar biasa. Kebekuan dan kekakuan karena salah paham bisa pecah karena keterbukaan kita untuk berani menyapa dan mengampuni. Pernahkah anda datang minta maaf kepadanya. Kalau seandainya tidak ada keberanian dalam diri anda untuk datang bertatap muka, gunakan sarana lain, misalnya dengan menulis surat. Gengsi dan kesombongan diri adalah racun bagi kerendahan hati. Hilangkan rasa gengsi dan kesombongan anda, datang dan minta maaf. Saya merasa yakin bahwa anda mengetahui banyak kepribadian mantan pacar anda itu. Hal ini akan membantu anda untuk mencari waktu dan kesempatan yang tepat untuk berbicara secara pribadi dengannya.
Ambil langkah kongkrit datang dan berbicara kepadanya. Minta maaf dan pengampunan yang ada minta dan berikan akan membuat kebencian sirna dari diri anda. Percayalah kuasa kejahatan itu hanya bisa dikalahkan dengan kasih. Kiranya cukup sekian doaku menyertaimu danTuhan memberkatimu.

Salam dan doa
MoTe

“Mau dibaptis tapi, Istriku punya PIL”

Saya seorang ayah dari enam orang anak. Saya belum dibaptis sebagai orang Katolik. Istri saya sudah Katolik meski kami menikah tidak secara Katolik. Saya ingin sekali menjadi Katolik. Karena itu, saya mengikuti persiapan untuk menjadi Katolik (katekumen). Soalnya adalah saya belum bisa dibaptis, padahal persiapan sudah dua tahun lebih. Yang menjadi alasan utama dari pastor paroki adalah tingkah laku istri saya yang punya pria idaman lain (PIL). Keluarga kami memang sedang dalam masalah ini dan bahkan istri saya yang Katolik itu minta cerai dan ingin menikah dengan PILnya yang Katolik itu. Saya bingung. Saya sangat mencintai istri dan anak-anak saya, tetapi mengapa situasinya bisa berubah seperti ini?
Kalau saya dibaptis dalam suasana seperti ini, apa konsekuensinya bagi perkawinan kami yang memang bukan perkawinan gereja itu?
Lantas apa konsekuensinya kalau istri saya yang ngotot bercerai itu menikah dengan PILnya, kalau saya jadi dibaptis? Kiranya ini saja pertanyaan saya. Terima kasih atas perhatian Romo.
Salam, Margono, Bengkulu

Mas Margono yang terkasih, pertama-tama saya merasa simpati dengan hidup anda. Terutama perjuangan anda untuk mempertahankan perkawinan, untuk mendidik anak-anak dan juga keinginan anda untuk menjadi warga Gereja Katolik secara penuh dengan menerima baptisan baptisan suci. Saya mendoakan istrimu, semoga, apapun alasannya, keinginannya untuk menikah dengan PIL-nya dipertimbangkan kembali, atau bahkan tidak akan pernah terjadi. Semoga kekerasan hatinya menjadi lunak dengan melihat keenam anak yang menantikan uluran kasih tulus seorang ibu. Sulit untuk saya mengerti bagaimana seorang wanita yang sudah berumah tangga sekian lama, dan juga mempunyai enam orang anak, masih berkeinginan menikah lagi dengan pria lain. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, dan juga tidak membela siapapun. Perlu dipertanyakan adalah apa alasan istri anda mempunyai PIL dan minta cerai. Bagaimana sikap anda sebagai suami dan terhadap kehidupan anak-anak selama ini.
Pada prinsipnya saya mendukung kebijaksanaan Romo parokimu untuk menunda memberikan sakramen Baptis kepada anda. Sepertinya masalahnya bukan terletak pada belum siapnya anda menerima baptis. Tetapi pokok masalahnya terletak pada ‘keruwetan’ dalam keluarga yang sekarang ini sedang terjadi. Maka menjawab pertanyaan anda saya bisa mengatakan:
Konswensi dari baptisan yang anda terima adalah; pertama bahwa perkawinan anda menjadi syah dan resmi menurut perkawinan Gereja. Karena halangan beda agama yang membuat tidak syah dan resminya perkawinan anda telah diatasi dengan baptisan sendiri. Kedua, konswensi lebih lanjut adalah bahwa perkawinan pria dan wanita yang telah menerima baptis adalah sakramen. Hal ini terjadi melalui proses pembaharuan perkawinan. Dan istri anda yang selama ini terhalang untuk menerima haknya sebagai orang beriman kristiani dipulihkan kembali. Dia diterima kembali secara penuh oleh Gereja dan berhak untuk menerima rahmat sakramen. Ajaran Gereja Katolik mengenai Perkawinan sebagai sakramen mengandung konswensi yang tidak mudah. Kini perkawinan anda menjadi tanda persatuan Allah dengan umat, dan Kristus dengan Gereja. Karena ini menjadi ‘tanda’ maka konsekwensi lebih lanjut adalah bahwa perakawinan yang sudah ‘ratum et consumatum’ atau resmi, syah dan disempurnakan dengan persatuan badani antara suami dan istri bersifat monogami dan tak terceraikan.
Dalam kasus yang anda alami sekarang ini, dimana keluarga anda dalam situasi ‘goncang’ karena istri menuntut untuk cerai. Sementara anda sangat mencintai istri dan anak-anak, serta tidak ingin menceraikan istri anda, maka menerima sakramen baptis bukanlah jalan yang bisa menyelesaikan masalah. Malah menurut hemat saya akan menambah ‘rumit dan sulit’ nya masalah. Kesulitan itu terletak pada pengandaian bila kondisi keluarga tidak membaik, malah sebaliknya. Karena setelah anda dibaptis, anda terikat penuh pada aturan Gereja. Maka anjuran romo paroki untuk menyelesaikan masalah keluarga menjadi mendesak sebelum anda menerima baptisan suci.
Menjawab pertanyaan anda yang kedua, bila istri anda ‘ngotot’ minta cerai setelah anda dibaptis, maka hal ini menjadi tidak mungkin secara hukum. Karena anda berdua telah terikat dengan sifat perkawinan yang monogami dan tak terceraikan. Seandainya hal yang demikian tidak bisa dihindari, istri anda cerai dan menikah lagi, maka istri anda hidup dalam perjinahan. Bila anda bercerai sebelum dibaptis, secara hukum malah tidak ada masalah. Karena perkawinan anda dengan istri anda yang katolik, terutama bila dulu dilakukan diluar Gereja, perkawinan itu belum diakui syah dan resmi oleh Gereja. Status perkawinan yang demikian masih dimungkinkan adanya perceraian. Bila perceraian itu terpaksa tidak bisa dihindari, justru harus dilakukan sebelum pembaptisan. Tetapi menurut hemat saya hal ini bukanlah jalan penyelesian masalah dan rasanya anda sendiri tidak menghendaki hal ini terjadi.
Saya mendukung sepenuhnya usaha anda untuk tetap mempertahankan perkawinan anda. Kalau anda memang mencintai istri anda buktikan itu. Istri anda mempunyai PIL pasti mempunyai alasannya sendiri. Karena kalau itu bukan merupakan suatu ‘penyakit’, jarang seorang wanita yang akan begitu saja mudah menyeleweng dari suami. Cinta seorang wanita itu lebih kuat dan ‘langgeng’ dibandingkan dengan cinta pria. Maka saya menganjurkan untuk mengadakan pendekatan pribadi, omong dari hati ke hati. Selesaikan masalahnya dengan cinta dan bukan emosi. Saling menyalahkan harus dihindari. Bebal hati dan keras kepala tidak akan pernah membantu untuk saling memahami dan mengerti. Satu keutamaan yang sangat penting untuk dimiliki adalah belajar untuk saling mengampuni. Bila anda dan istri anda bisa saling mengampuni dan melupakan segala peristiwa yang menyakitkan anda akan tersembuhkan dari luka hati. Beranilah minta maaf bila anda bersalah, dan juga beranilah menerima kesalahan istri anda bila dia minta maaf.
Tugas anda sebagai seorang suami saat ini adalah menyadarkan istri anda untuk berpikir seribu kali sebelum bercerai dengan anda. Bila istri anda terpaksa tidak mungkin bisa hidup dengan anda karena berbagai masalah. Anda harus berani mawas diri dan berani merubah diri. Kalau dalam diri anda tidak ada perubahan, tentunya semua menjadi sulit. Ajaklah istri anda untuk berpikir tentang nasip ‘enam anak’ buah hati dan cinta yang membutuhkan kasih sayang anda berdua. Ingatlah, merekalah yang pertama-tama akan menjadi korban dari sikap egoisme orang tua. Beranikah anda merubah diri?
Pembaptisan pada dasarnya adalah perubahan ‘status hidup’ kita dihadapan Allah. Dulu kita budak dosa, tetapi sekarang kita menjadi ‘anak Allah’. Maka kita dilahirkan dalam kehidupan yang serba baru. Dengan pembaptisan kita menerima keselamatan karena ditebus dari segala dosa kita. Peristiwa yang indah ini seharusnya melibatkan seluruh anggota keluarga. Ini bukah hanya menjadi kegembiraan anda pribadi, tetapi harus menjadi kegembiraan seluruh keluarga. Keluarga harus dilahirkan kembali dari ‘keadaan tidak berahmat’ karena status perkawinan anda. Istri anda seharusnya menjadi orang yang ‘paling bahagia’ didunia karena anda menerima baptisan. Dengan baptisan yang anda terima, kehidupan istri anda sebagai warga Gereja yang selama ini ‘diekskomunikasikan’ telah dipulihkan kembali. Perkawinan anda akan diperbaharui, janji perkawinan anda akan diteguhkan dan anda berdua akan diterima penuh sebagai warga Gereja dengan segala haknya diberikan. Inilah kebahagiaan sejati yang dijanjikan oleh Allah. Dan anda akan menerim rahmat keselamatan itu bersama keluarga anda.
Selain itu perkawinan anda yang selama ini tidak diterima dan dianggap syah oleh Gereja menjadi resmi dan syah. Bahkan diangkat martabatnya menjadi sakramen, tanda dan sarana keselamatan dan persatuan Kristus dengan Gereja. Semua nilai luhur ini seharusnya mengalahkan segala kecederungan dunia yang bersumber pada kecongkaan dan kekerasan hati kita yang tidak mampu menyelami kasih Allah.
Akhirnya, anjuran praktis saya, adalah anda berdua harus datang menemui yang anda anggap mampu membantu mengatasi masalah. Sepertinya anda sudah sering berkonsultasi dengan romo paroki. Datanglah berdua, dengan istri anda. Ingat nasehat saya yang telah saya katakan diatas. Saya menyertai anda dalam doaku. Semoga Roh Kudus membantu anda menyelesaiakan masalah ini. Dan jangan lupa akan kekuatan doa yang menyelamatkan. Percayalah dan berdoalah tanpa henti. St. Fransiskus de Sales mengatakan: “Love can be repaid by love alone”. (Cinta hanya bisa dibalas kembali dengan cinta) Semoga cinta anda berdua menemukan arti yang sebenarnya dalam tantangah dan kesulitan yang sedang anda hadapi. Yakinlah, Tuhan tidak pernah memberi ‘beban’ melebihi kemampuan kita. Mohonlah bantuNya. Amin.


Salam dan doa
Rm. Teja Anthara SCJ

PISAH RAJANG, KARENA SUAMIKU SLINGKUH!


Ytk. Romo Teja, seorang kakak ipar saya, sebut saja namanya Cyntia, sudah menikah 10 tahun. Suaminya beda usia tiga tahun dengannya. Sejak awal menikah ia tidak pernah diberikan nafkah oleh suaminya baik lahir maupun batin. Sekarang ini mereka sudah mempunyai dua orang anak.
Dari tahun 1996 saya sudah tahu sang suami sering selingkuh dengan wanita lain entah itu dilihat dengan mata kepala sendiri atau dari cerita orang lain.
Sekarang ini saya berwiraswasta untuk memenuhi kebutuhan saya dan anak-anak. Saya juga ingin tenang dalam mencari nafkah dan tidak mau memikirkan dia lagi.
Yang ingin saya tanyakan kepada Romo, saya pernah membaca di statuta Keuskupan Palembang, bahwa di situ gereja mengijinkan suami istri pisah ranjang. Apakah masalah yang saya hadapi ini bisa juga dijadikan salah satu sebab suami istri bisa pisah ranjang?
Atas nasihat dan petunjuk Romo saya ucapkan terima kasih. Demikian juga kepada redaksi Tabloid KOMUNIO.

Seorang ibu yang sedang bingung, di Palembang.

Ibu yang sedang bingung, di Palembang.
Saya melihat ada sedikit ada kejanggalan dalam surat ibu diatas. Ibu mengatakan bahwa Cyntia sudah 10 tahun menikah. Ia tidak pernah diberi nafkah oleh suaminya, baik lahir maupun batin. Namun sekarang ini sudah mempunyai dua anak. Pertanyaan nakal saya; ‘lalu dua anak yang sekarang ini dimiliki Cyntia itu anak siapa, karena bukankah sebagai istri tidak pernah diberi nafkah batin?’ Saya merasa bahwa masalah yang ingin ibu sampaikan itu. Tetapi masalahnya adalah apakah suami yang selingkuh, tidak bertanggung-jawab atas kehidupan istrinya ini bisa menjadi alasan untuk ‘pisah ranjang’.
Menurut hemat saya, masalah pokoknya bukan terletak pada apakah masalah yang terjadi ini cukup dijadikan alasan untuk memintakan ijin dari Gereja atau tidak!. Tetapi bagaimana masalah yang terjadi dalam keluarga ini bisa diselesaikan secara damai dan mempersatukan kembali suami-istri dalam keluarga sesuai dengan nilai kristiani. Kiranya perlu diketahui bahwa sifat pemberian ijin pisah ranjang dari Gereja hanyalah bersifat sementara. Artinya bila dalam keadaan yang sangat terpkasa, suami-istri tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi baiklah mereka tidak kumpul sebagai suami istri. Gereja menjadi saksi resmi dan merestui kehendak suami-istri itu untuk tidak ‘menjalankan’ salah satu tugas pokok suami-istri, yakni saling memberikan diri dalam hubungan badan sebagai suami-istri. Kesempatan ini diberikan kepada suami istri untuk saling merenungkan perjalanan kehidupan keluarga mereka, sambil mencari kemungkinan yang terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Jadi sifat ‘ijin pisah ranjang’ ini hanya sementara. Ini bukan dispensasi bahwa suami-istri dengan ijin Gereja ini boleh pisah untuk selamanya. Ijin ini diberikan untuk membantu keluarga ini untuk berpikir serius mengenai hubungan mereka sebagai suami istri.
Yang mendesak untuk mendapat perhatian sekarang ini adalah masasalah relasi suami-istri itu sendiri. Mencari kemungkinan yang menjadi sebab mengapa suami itu selingkuh dari istri. Setelah merasa yakin menemukan penyebab perselingkuhan ini, lalu menjadi jalan keluar mengatasi masalahnya.
Menurut para ahli ada beberapa sebab yang membuat seorang suami-istri selingkung atau menyeleweng dari kesetiaan janji sebagai suami-istri. Sebab-sebab itu antara lain sebagai berikut:
Sikap ‘hedonistik’, yaitu sikap yang mengutamakan kenikmatan. Orang yang mempunyai sikap demikian sukar sekali berkorban. Kenikmatan adalah tujuan dan segala-galanya dalam hidupnya. Main seks adalah sama dengan ke restoran. Ia melihat wanita atau pria sebagai obyek sek belaka. Moralnya tidak berkembang. Orang yang demikian akan mudah sekali menyeleweng dan slingkuh dalam hidup perkawinanannya. Kesetiaan adalah suatu kata yang sulit untuk diwujudkan.
Nafsu atau dorongan seks yang tidak seimbang antara suami dan istri adalah faktor lain yang bisa menjadi penyebab slingkung. Bila salah satu pasangan mulai mengeluh, tidak puas dan sebagainya, maka harus menjadi suatu perhatian bagi mereka berdua. Ketidak puasan dalam hal ini akan mengakibatkan penyelewengan.
Pasangan bujangan yaitu pasangan yang walaupun sudah sudah menikah tetapi masih berlagak bujangan merupakan pasangan yang mudah menyeleweng. Pasangan ini mudah menjadi mata keranjang dan menjadi tidak setia. Ia sering tidak melibatkan pasangannya dalam kegiatan-kegiatan atau rencana-rencana hidupnya. Perilakunya merupakan ‘kedhok diri’ untuk menutupi kelemahan dan kekuarangan dirinya.
Akhirnya satu hal yang sering membuat orang sungguh slingkuh adalah karena ‘kesempatan’. Banyak orang yang setia menjadi menyeleweng karena mereka mendapat kesempatan untuk berbuat. Hindarilah kesempatan dan berani mengatakan ‘tidak’ biarpun hal ini sungguh menyakitkan. Karena kesempatan untuk menyeleweng adalah salah satu hal yang sangat bersar pengaruhnya.
Ibu Cyntia, inilah hal-hal pokok yang perlu direnungkan dan dibicarakan bersama. Ibu sebagai kakak, tentunya bisa membantu suami-istri ini untuk menyatukan kembali hati dan hidup mereka dalam keluarga yang sehat. Seandainya hal ini tetap tidak bisa ditempuh, kiranya lebih bijaksana bila menghubungi dan berbicara kepada orang yang kompeten dan bisa dipercaya. Dalam hal ini saya yakin Romo Paroki dengan senang hati akan bersedia membantu. Atau mungkin di keuskupan ada pastoral kehidupan keluarga, kepada mereka ibu bisa meminta bantuan. Kalau kemungkin ini tidak bisa dijalankan, pisah ranjang adalah kemungkinan terakhir yang terpaksa harus bisa ditempuh.
Kiranya cukup sekian, salam khusus saya untuk Ibu Cyntia dan doa saya menyertai ibu dan keluarga adik ibu. Semoga semangat keluarga Nasareth menjadi kekuatan dan memberikan inspirasi untuk menyatukan kasih dan hidup dalam keluarga mereka.

Salam dan doa
MoTe